Sabtu, 20 Juni 2015

Gaya Hidup Masa Kini : Minim Uang Tunai



Lambat laun, kita mulai meninggalkan transaksi uang tunai. Setelah terbiasa membeli barang elektronik, melunasi tiket pesawat, dan membayar di restauran dengan kartu kredit atau kartu debit, kini untuk transaksi yang nominalnya kecil, kita -terutama warga Jabodetabek- biasa memanfaatkan kartu uang elektronik.
Seorang rekan yang menjadi profesional di perusahaan media digital begitu senang memiliki kartu elektronik tersebut untuk membayar tiket kereta apai commuterline. Tak perlu lagi antre membeli tiket. Cukup menempelkan kartu tiket elektronik ke area /Tempelkan Kartu' di pintu masuk stasiun. Uang yang tersimpan dalam kartu otomatis terdebet ketika kartu digunakan unyuk membuka pintu keluar di stasiun tujuan.
Yang paling memuaskan dia adalah kartu yang dikeluarkan salah sayu bank tersebut juga bisa digunakan untuk membayar parkir mobil di stasiun, membayar tiket bus Transjakarta dan jalan tol. Untuk Top Up alias mengisi ulang uang, cukup datang ke mesin ATM. Top Up juga bisa dilakukan secara manual di minn market.
Bagi rekan tersebut, adanya tiket kartu elektronik membuat perjalanan dari rumah ke kantor menjadi sederhana, karena di stasiun tidak perlu lagi antre tiket, tidak perlu menunggu uang kembalian, dan tidak ada pemeriksaan tiket. Berkat tiket kartu elektronik, pengelolaan transportasi publik juga menjadi lebih akuntabel,  penumpang tidak bertiket, dan 'percekcokan' karena selisih uang kembalian saat membeli tiket menjadi nihil.
Respon operator transportasi publik dan bank penerbit uang elektronik dalam mengadopsi sistem pembayaran non tunai akan membantu program Bank Indonesia dalam menwujudkan Less Cash Society alias warga yang minim menggunakan uang tunai untuk membayar kebutuhan sehari-hari.
Transaksi non tunai sebenarnya bisa diigunakan ke pelosok untuk pembayaran dengan noinal kecil sekalipun, misalnya membayar makanan di warung, selama tersedia infrastruktur telekomunikasi.
Saat ini, Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara di Asean dalam hal pembayaran dengan kartu uang elektronik. Di negara kita, pembayaran tunai transaksi ritel masih mencakup 99,4% alias yang dibayar secara non tunai baru 0,6%. kondisi yang paling dekat dengan kita adalah Thailand dimana transaksi ritel tunainya masih 97,2%. tapi di Singapura pembayaran tunai 'tinggal' 55,5% dari total transaksi ritel.
Bila komposisi pembayaran non tunai di dalam negeri meningkat, tentu bukan hanya kesetaraan layanan perbankan dengan negara sekawasan yang dicapai, tapi juga akan menwujudkan akuntabilitas dan efisiensi dalam transaksi. Ke depan, mungkin kita akan terbiasa dengan idiom ini: Apapun transaksinya, gesek saja dengan kartu elektronik.

Sumber : Gerai Info Bank Indonesia | Edisi 50 | Tahun 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar