A+
Music Entertaiment
Dalam tugas business plan kali, saya akan mencoba untuk
membuka usaha bisnis dalam industri hiburan, yakni sebagai promotor
event musik. Kenapa saya memilih bisnis ini? Pertama, meskipun di
Indonesia sudah banyak berkelimpahan musisi yang berkualitas, namun
tidak sedikit masyarakat Indonesia yang menginginkan artis idolanya
dari luar negeri untuk datang langsung menyapa fansnya di tanah air.
Kedua, dengan maraknya artis-artis yang datang ke Indonesia, maka
akan terbuka pula kesempatan untuk mempromosikan Indonesia melalui
tur konser mereka. Peluang itulah yang saya nilai sangat menggiurkan
untuk mendatangkan musisi level internasional untuk didatangkan ke
indonesia.
Lingkup
Bahasan
Referensi saya adalah beberapa promotor Indonesia yang
sudah berhasil mendatangkan banyak musisi mancanegara ke Indonesia
dan dinilai sukses menjadi contoh bagi yang ingin menncoba memulai
bisnis di bidang ini. Diantaranya adalah Dyandra Entertaiment, Big
Daddy dan yang tidak boleh dilupakan apabila kita membahas bisnis ini
adalah Java Musikindo milik Adrie Subono. Siapa yang tidak mengenal
Pitbull, Kelly Clarkson, Avenged Sevenfold, Panic! At The Disco,
Bruno Mars, Maroon 5 dan masih banyak nama-nama musisi terkenal
lainnya yang telah didatangkan oleh Java Musikindo.
Adrie Subono bersama Java Musikindo yang dimilikinya
akan genap berusia 20 tahun bergelut di dunia promotor di Tanah Air
pada 2014 ini. Menurut Adrie Subono, seperti yang dikutip dari
BeritaSatu.Com, bekerja sebagai promotor event musik merupakan hal
yang sangat menantang, tidak mudah tapi juga menjanjikan keuntungan
ekonomi. Adrie mengaku membutuhkan waktu lama dan pengorbanan yang
tidak sedikit untuk merayu dan meyakinkan para musisi dunia tersebut
untuk datang dan manggung di Indonesia. Apalagi, tidak sedikit
agen-agen musik di luar negeri yang tidak jelas, yang bisa melakukan
penipuan besar-besaran kepada promotor.
Karena itu, dia menyebut dunia promotor musik merupakan
industri dan bisnis yang berbahaya. “Ini adalah bisnis yang
berbahaya, tapi juga menjanjikan keuntungan. Jadi, kita benar-benar
harus berhati-hati serta penuh perhitungan.” kata Adrie pada
pertemuan dengan media massa di sebuah mal di Jakarta beberapa waktu
yang lalu. Ditambah lagi, usaha untuk mendatangkan pemusik atau grup
band luar negeri itu susah-susah gampang. Promotor harus berhitung
cermat dalam penjualan tiket konser agar tidak rugi karena terkadang
membengkaknya biaya tidak terduga dalam mendatangkan penyanyi asing.
Dia juga mengakui bahwa sebuah instirusi/perusahaan
sangat diperlukan bagi seorang promotor untuk membaca pasar dan
membawa artis tertentu ke Indonesia. Keberadaan institusi menjadi
penting untuk mencapai kepuasan dan kesuksesan dalam setiap
pergelaran konser dari musisi yang akan didatangkan. Java Musikindo
yang didirikannya kini telah dikenal mendatangkan artis-artis luar
negeri dalam pergelaran konsernya di Indonesia. Java Musikindo pun
bisa dibilang menjadi pionir dan telah menjadi promotor musik
tersukses di Indonesia.
Tidak jauh berbeda dengan Java Musikindo, Cherry
Ibrahim, Project Manager PT. Dyandra Amaradana (Dyandra Entertaiment)
yang merupakan salah satu promotor musik baru menuturkan, ia
memutuskan masuk ke bisnis promotor musik karena melihat celah bisnis
yang cukup menjanjikan. “Pasarnya juga cukup luas dan masih bisa
dikembangkan” tuturnya, seperti yang dilansir Kontan.co.id.
Tinjauan
Pustaka
Sebenarnya, apa yang membuat pasar bisnis konser musik
menjadi semakin digemari belakangan ini? Pasar bisnis konser musik
ini bisa terlihat dari banyaknya orang Indonesia yang pergi ke luar
negeri hanya untuk menyaksikan penampilan musisi internasional
favoritnya. Daripada membuang uang di negara orang, turur Cherry dari
Dyandra Entertaiment, akan lebih menguntungkan jika bisa mendatangkan
langsung musisi luar negeri ke Indonesia. Dengan begitu, orang akan
lebih mudah mendapatkan tontonan berkualitas dan bisa mendatangkan
devisa.
Kemudian, kengapa bisnis konser musik seperti ini
dikatakan bisa sangat menggiurkan? Kesuksesan sebuah konser musik
salah satunya ditentukan oleh jumlah penonton yang datang. Dengan
begitu, pemilihan musisi yang akan didatangkan ke Indonesia harus
melalui pertimnangan yang matang. Salah memilih artis, bukannya
keuntungan yang diperoleh, malah harus menderita kerugian. Jumlah
fans yang dimiliki sang artis adalah indikator penting dalam
menentukan layak atau tidaknya menggelar konser. Semakin banyak
fansnya, tentu potensi mendatangkan banyak penonton semakin besar.
Sebagai contoh, jika jumlah fans seorang artis di
Indonesia mencapai 15.000 orang, maka setidaknya ada 15% atau 2.250
orang yang akan menonton konser. Belum lagi jika penggemar itu
mengajak temannya. Promotor juga akan menentukan target jumlah
penonton dari setiap konser musik yang digelar. Selain itu, ruang
penyelenggaraan konsernya juga ikut mempengaruhi. Kesuksesan
menjaring ribuan penonton berbanding lurus dengan besaran keuntungan
yang akan dinikmati sang promotor. Tapi selain dari penjualan tiket,
memancing dana dari pihak sponsor juga menjanjikan pendapatan yang
menguntungkan. Secara teori, Dyandra Entertaiment menetapkan
penjualan tiket harus mampu menopang 75%-80% dari biaya produksi.
Dengan demikian, pendapatan dari sponsor bisa menjadi bonus atau
keuntungan promotor musik. “Margin yang diperoleh promotor musik
sekitar 20%.” kata Cherry.
Dari bisnis promotor, Big Daddy tahun 2012, meraih
pendapatan sebesar Rp. 100 Miliar. Sedangkan target pendapatan Big
Daddy sepanjang tahun 2013 berkisar Rp. 130 Miliar – Rp. 150
Miliar. Potensi untung dari bisnis promotor musik memang menjanjikan.
Tapi jangan lupa, perusahaan juga harus mengeluarkan modal yang
sangat besar. Seperti Dyandra Entertaiment yang mengeluarkan biaya
terbesarnya adalah pada penyelenggaraan konser Jennifer Lopez yakni
sebesar Rp. 8 Miliar.
Sejak kapan sebenarnya bisnis promotor musik ini mulai
banyak dipilih? Konser musisi asing sebenarnya bukan barang baru
dalam peta bisnis di Indonesia. Pada tahun 1975 misalnya, Jakarta
pernah diguncang oleh kehadiran band rock legendaris , Deep Purple.
Konser Deep Purple yang berlangsung selama dua hari di SUGBK mencetak
rekor penjualan tanda masuk, yaitu 100.000 lembar tiket. Di dekade
80an, beberapa nama besar juga sukses menyedot puluhan ribu penonton
di Jakarta, seperti Mick Jagger dan dua grup beraliran rock,
Mettalica serta Sepultura. Namun pasca kerusuhan akibat krisis
ekonomi pada tahun1997-1998, konser musik asing seperti tenggelam.
Indonesia dioandang kurang kondusif dan aman bagi pargelaran konser
musisi asing. Kini saat situasi Indonesia lebih kondusif, industri
showbiz pun bangkit kembali dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam lima tahun terakhir, Direktur Dyandra
Entertaiment, Sri Vista Limbong menyebut Indonesia menjadi negara
kedua setelah Jepang yang paling banyak dikunjungi musisi asing di
kawasan Asia. Nilai perputaran uang di bisnis promotor dalam konser
nusisi asing pun cukup fantastis. Pada tahun 2012 lalu, nilainya
mencapai Rp. 500 Miliar.
Kesimpulan
Jadi alasan saya kenapa memilih bisnis ini adalah yang
pertama, karena kecintaan saya terhadap musik. Banyak artis-artis
luar negeri yang saya ingin datangkan ke Indonesia. Dengan membuka
bisnis promotor musik ini, saya harap pengetahuan musik masyarakat
Indonesia dan saya khususnya, akan semakin bertambah. Dan juga
kebutuhan untuk mendapatkan tontonan musik yang berkualitas akan
terpenuhi.
Disamping sisi laba yang menguntungkan serta resiko yang
besar, bisnis promotor ini juga akan membuka kesempatan bagi dunia
internasional untuk lebih mengenal Indonesia melalui tur konser
artis-artis mancanegara. Mungkin saya tidak akan menyelenggarakan
konser hanya di Jakarta saja, tapi bisa juga di daerah-daerah lain
yang memungkinkan untuk diselenggarakan konser besar.
Sumber :
- http://industri.kontan.co.id/news/musisi-luar-negeri-membanjiri-jakarta
- http://www.beritasatu.com/figur/133003-dunia-promotor-yang-menantang.html