Rabu, 15 Januari 2014

Business Plan

A+ Music Entertaiment
Dalam tugas business plan kali, saya akan mencoba untuk membuka usaha bisnis dalam industri hiburan, yakni sebagai promotor event musik. Kenapa saya memilih bisnis ini? Pertama, meskipun di Indonesia sudah banyak berkelimpahan musisi yang berkualitas, namun tidak sedikit masyarakat Indonesia yang menginginkan artis idolanya dari luar negeri untuk datang langsung menyapa fansnya di tanah air. Kedua, dengan maraknya artis-artis yang datang ke Indonesia, maka akan terbuka pula kesempatan untuk mempromosikan Indonesia melalui tur konser mereka. Peluang itulah yang saya nilai sangat menggiurkan untuk mendatangkan musisi level internasional untuk didatangkan ke indonesia.

Lingkup Bahasan
Referensi saya adalah beberapa promotor Indonesia yang sudah berhasil mendatangkan banyak musisi mancanegara ke Indonesia dan dinilai sukses menjadi contoh bagi yang ingin menncoba memulai bisnis di bidang ini. Diantaranya adalah Dyandra Entertaiment, Big Daddy dan yang tidak boleh dilupakan apabila kita membahas bisnis ini adalah Java Musikindo milik Adrie Subono. Siapa yang tidak mengenal Pitbull, Kelly Clarkson, Avenged Sevenfold, Panic! At The Disco, Bruno Mars, Maroon 5 dan masih banyak nama-nama musisi terkenal lainnya yang telah didatangkan oleh Java Musikindo.
Adrie Subono bersama Java Musikindo yang dimilikinya akan genap berusia 20 tahun bergelut di dunia promotor di Tanah Air pada 2014 ini. Menurut Adrie Subono, seperti yang dikutip dari BeritaSatu.Com, bekerja sebagai promotor event musik merupakan hal yang sangat menantang, tidak mudah tapi juga menjanjikan keuntungan ekonomi. Adrie mengaku membutuhkan waktu lama dan pengorbanan yang tidak sedikit untuk merayu dan meyakinkan para musisi dunia tersebut untuk datang dan manggung di Indonesia. Apalagi, tidak sedikit agen-agen musik di luar negeri yang tidak jelas, yang bisa melakukan penipuan besar-besaran kepada promotor.
Karena itu, dia menyebut dunia promotor musik merupakan industri dan bisnis yang berbahaya. “Ini adalah bisnis yang berbahaya, tapi juga menjanjikan keuntungan. Jadi, kita benar-benar harus berhati-hati serta penuh perhitungan.” kata Adrie pada pertemuan dengan media massa di sebuah mal di Jakarta beberapa waktu yang lalu. Ditambah lagi, usaha untuk mendatangkan pemusik atau grup band luar negeri itu susah-susah gampang. Promotor harus berhitung cermat dalam penjualan tiket konser agar tidak rugi karena terkadang membengkaknya biaya tidak terduga dalam mendatangkan penyanyi asing.
Dia juga mengakui bahwa sebuah instirusi/perusahaan sangat diperlukan bagi seorang promotor untuk membaca pasar dan membawa artis tertentu ke Indonesia. Keberadaan institusi menjadi penting untuk mencapai kepuasan dan kesuksesan dalam setiap pergelaran konser dari musisi yang akan didatangkan. Java Musikindo yang didirikannya kini telah dikenal mendatangkan artis-artis luar negeri dalam pergelaran konsernya di Indonesia. Java Musikindo pun bisa dibilang menjadi pionir dan telah menjadi promotor musik tersukses di Indonesia.
Tidak jauh berbeda dengan Java Musikindo, Cherry Ibrahim, Project Manager PT. Dyandra Amaradana (Dyandra Entertaiment) yang merupakan salah satu promotor musik baru menuturkan, ia memutuskan masuk ke bisnis promotor musik karena melihat celah bisnis yang cukup menjanjikan. “Pasarnya juga cukup luas dan masih bisa dikembangkan” tuturnya, seperti yang dilansir Kontan.co.id.

Tinjauan Pustaka
Sebenarnya, apa yang membuat pasar bisnis konser musik menjadi semakin digemari belakangan ini? Pasar bisnis konser musik ini bisa terlihat dari banyaknya orang Indonesia yang pergi ke luar negeri hanya untuk menyaksikan penampilan musisi internasional favoritnya. Daripada membuang uang di negara orang, turur Cherry dari Dyandra Entertaiment, akan lebih menguntungkan jika bisa mendatangkan langsung musisi luar negeri ke Indonesia. Dengan begitu, orang akan lebih mudah mendapatkan tontonan berkualitas dan bisa mendatangkan devisa.
Kemudian, kengapa bisnis konser musik seperti ini dikatakan bisa sangat menggiurkan? Kesuksesan sebuah konser musik salah satunya ditentukan oleh jumlah penonton yang datang. Dengan begitu, pemilihan musisi yang akan didatangkan ke Indonesia harus melalui pertimnangan yang matang. Salah memilih artis, bukannya keuntungan yang diperoleh, malah harus menderita kerugian. Jumlah fans yang dimiliki sang artis adalah indikator penting dalam menentukan layak atau tidaknya menggelar konser. Semakin banyak fansnya, tentu potensi mendatangkan banyak penonton semakin besar.
Sebagai contoh, jika jumlah fans seorang artis di Indonesia mencapai 15.000 orang, maka setidaknya ada 15% atau 2.250 orang yang akan menonton konser. Belum lagi jika penggemar itu mengajak temannya. Promotor juga akan menentukan target jumlah penonton dari setiap konser musik yang digelar. Selain itu, ruang penyelenggaraan konsernya juga ikut mempengaruhi. Kesuksesan menjaring ribuan penonton berbanding lurus dengan besaran keuntungan yang akan dinikmati sang promotor. Tapi selain dari penjualan tiket, memancing dana dari pihak sponsor juga menjanjikan pendapatan yang menguntungkan. Secara teori, Dyandra Entertaiment menetapkan penjualan tiket harus mampu menopang 75%-80% dari biaya produksi. Dengan demikian, pendapatan dari sponsor bisa menjadi bonus atau keuntungan promotor musik. “Margin yang diperoleh promotor musik sekitar 20%.” kata Cherry.
Dari bisnis promotor, Big Daddy tahun 2012, meraih pendapatan sebesar Rp. 100 Miliar. Sedangkan target pendapatan Big Daddy sepanjang tahun 2013 berkisar Rp. 130 Miliar – Rp. 150 Miliar. Potensi untung dari bisnis promotor musik memang menjanjikan. Tapi jangan lupa, perusahaan juga harus mengeluarkan modal yang sangat besar. Seperti Dyandra Entertaiment yang mengeluarkan biaya terbesarnya adalah pada penyelenggaraan konser Jennifer Lopez yakni sebesar Rp. 8 Miliar.
Sejak kapan sebenarnya bisnis promotor musik ini mulai banyak dipilih? Konser musisi asing sebenarnya bukan barang baru dalam peta bisnis di Indonesia. Pada tahun 1975 misalnya, Jakarta pernah diguncang oleh kehadiran band rock legendaris , Deep Purple. Konser Deep Purple yang berlangsung selama dua hari di SUGBK mencetak rekor penjualan tanda masuk, yaitu 100.000 lembar tiket. Di dekade 80an, beberapa nama besar juga sukses menyedot puluhan ribu penonton di Jakarta, seperti Mick Jagger dan dua grup beraliran rock, Mettalica serta Sepultura. Namun pasca kerusuhan akibat krisis ekonomi pada tahun1997-1998, konser musik asing seperti tenggelam. Indonesia dioandang kurang kondusif dan aman bagi pargelaran konser musisi asing. Kini saat situasi Indonesia lebih kondusif, industri showbiz pun bangkit kembali dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam lima tahun terakhir, Direktur Dyandra Entertaiment, Sri Vista Limbong menyebut Indonesia menjadi negara kedua setelah Jepang yang paling banyak dikunjungi musisi asing di kawasan Asia. Nilai perputaran uang di bisnis promotor dalam konser nusisi asing pun cukup fantastis. Pada tahun 2012 lalu, nilainya mencapai Rp. 500 Miliar.

Kesimpulan
Jadi alasan saya kenapa memilih bisnis ini adalah yang pertama, karena kecintaan saya terhadap musik. Banyak artis-artis luar negeri yang saya ingin datangkan ke Indonesia. Dengan membuka bisnis promotor musik ini, saya harap pengetahuan musik masyarakat Indonesia dan saya khususnya, akan semakin bertambah. Dan juga kebutuhan untuk mendapatkan tontonan musik yang berkualitas akan terpenuhi.
Disamping sisi laba yang menguntungkan serta resiko yang besar, bisnis promotor ini juga akan membuka kesempatan bagi dunia internasional untuk lebih mengenal Indonesia melalui tur konser artis-artis mancanegara. Mungkin saya tidak akan menyelenggarakan konser hanya di Jakarta saja, tapi bisa juga di daerah-daerah lain yang memungkinkan untuk diselenggarakan konser besar.


Sumber :
  1. http://industri.kontan.co.id/news/musisi-luar-negeri-membanjiri-jakarta
  2. http://www.beritasatu.com/figur/133003-dunia-promotor-yang-menantang.html