Exercise 33 : Because / Because Of
1. Because
2. Because
3. Because Of
4. Because
5. Because Of
6. Because Of
7. Because Of
8. Because
9. Because
10. Because Of
Exercise 34 : So / Such
1. So
2. Such
3. So
4. So
5. Such
6. Such
7. Such
8. So
9. Such
10. Such
11. So
12. So
13. Such
14. So
15. So
Exercise 35 : Passive Voice
1. The President is called by somebody every day.
2. The other numbers are being called by John.
3. Mr. Watson will be called by somebody tonight.
4. Considerable damage has been caused by the fire.
5. The supplies for this class should be bought by teacher.
Exercise 36 : Causative Verbs
1. Leave
2. Repaired
3. To type
4. Call
5. Painted
6. Write
7. Lie
8. Sent
9. Cut
10. To sign
11. Leave
12. To wash
13. Fixed
14. Published
15. Find
I'm Annisa, I love Allah, I Love David Archuleta, A part of Gunadarma University, Faculty of Economics Majoring in Accounting!! enjoy the blog.. :)
Rabu, 20 Mei 2015
Strees Test dan Krisis Subprime Mortgage
Salah satu tahapan yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi pengawasan makroprudential adalah melakukan stress test, yakni pengurangan dampak risiko jika terjadi krisis keuangan. Stress test yang dilakukan oleh BI akan menunjukkan seberapa tahan sistem keuangan di Indonesia ketika menghadapi krisis, baik yang bersumber dari dalam maupun luar negeri. Stress test juga mengukur dampak lanjutan yang akan terjadi ketika krisis benar-benar menghantam.
Stress test merupakan simulasi yang dilakukan dengan beragam skenario. Sejumlah risiko yang dipantau dalam proses stress test adalah risiko kredit, risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko harga surat utang negara, risiko likuiditas, serta kombinasi dari seluruh risiko tersebut.
Hasil pengukuran yang dilakukan melalui stress test menjadi pijakan awal pemberian sinyal-sinyal oleh BI, yang kemudian akan direspon oleh regulator maupun pelaku industri. Adapun, krisis subprime mortgage umumnya diakitkan dengan krisis keuangan di Amerika Serikat pada 2008 yang diawali oleh krisis dibidang pembiayaan perumahan pada 2007.
Ketika itu, harga rumah dan properti di AS sangat tinggi. Harga rumah yang terus menanjak dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama telah membuat para debitur kredit rumah menjaminkan kredit rumah yang masih dicicil kepada bank dan lembaga keuangan lainnya guna mendapatkan kredit yang akan dibelikan properti yang lebih tinggi.
Ketika suku bunga AS meningkat pada 2006-2007, dibarengi dengan mulai menurunnya harga properti yang sebelumnya dinilai terlalu tinggi, menyebabkan kredit-kredit itu macet. Debitur gagal bayar. Rumah-rumah yang belum selesai dicicil disita.
Akibatnya merembet kemana-mana. Krisis kredit perumahan berdampak pada produk-produk surat berharga yang menggunakan cashflow dari kredit properti sebagai jaminan (mortgage-backed securities). Harga-harga surat berharga jenis ini merosot. Padahal, produk ini banyak dikoleksi oleh berbagi institusi keuangan di AS dan Eropa.
Bisa ditebak jika pada akhirnya keruntuhan pasar mortgage berdampak sistemik. Nilai investasi institusi keuangan yang memiliki instrumen investasi berupa surat berharga berbasis kredit properti di AS merosot tajam. Kondisi ini menyeret indeks pasar saham di AS dan Eropa, dan menyebar sentimen negatif terhadap pasar keuangan di seluruh dunia.
Sumber : Gerai Info Bank Indonesia | Edisi 51 | Tahun 2014
Stress test merupakan simulasi yang dilakukan dengan beragam skenario. Sejumlah risiko yang dipantau dalam proses stress test adalah risiko kredit, risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko harga surat utang negara, risiko likuiditas, serta kombinasi dari seluruh risiko tersebut.
Hasil pengukuran yang dilakukan melalui stress test menjadi pijakan awal pemberian sinyal-sinyal oleh BI, yang kemudian akan direspon oleh regulator maupun pelaku industri. Adapun, krisis subprime mortgage umumnya diakitkan dengan krisis keuangan di Amerika Serikat pada 2008 yang diawali oleh krisis dibidang pembiayaan perumahan pada 2007.
Ketika itu, harga rumah dan properti di AS sangat tinggi. Harga rumah yang terus menanjak dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama telah membuat para debitur kredit rumah menjaminkan kredit rumah yang masih dicicil kepada bank dan lembaga keuangan lainnya guna mendapatkan kredit yang akan dibelikan properti yang lebih tinggi.
Ketika suku bunga AS meningkat pada 2006-2007, dibarengi dengan mulai menurunnya harga properti yang sebelumnya dinilai terlalu tinggi, menyebabkan kredit-kredit itu macet. Debitur gagal bayar. Rumah-rumah yang belum selesai dicicil disita.
Akibatnya merembet kemana-mana. Krisis kredit perumahan berdampak pada produk-produk surat berharga yang menggunakan cashflow dari kredit properti sebagai jaminan (mortgage-backed securities). Harga-harga surat berharga jenis ini merosot. Padahal, produk ini banyak dikoleksi oleh berbagi institusi keuangan di AS dan Eropa.
Bisa ditebak jika pada akhirnya keruntuhan pasar mortgage berdampak sistemik. Nilai investasi institusi keuangan yang memiliki instrumen investasi berupa surat berharga berbasis kredit properti di AS merosot tajam. Kondisi ini menyeret indeks pasar saham di AS dan Eropa, dan menyebar sentimen negatif terhadap pasar keuangan di seluruh dunia.
Sumber : Gerai Info Bank Indonesia | Edisi 51 | Tahun 2014
Artikel Bulan Ke 3
Causative Verbs
Definition:
A verb--such as cause, allow, help, have, enable, keep, hold, let, force, require, and make--used to indicate that some person or thing helps to make something happen.
A causative verb, which can be in any tense, is followed by another verb form.
Examples and Observations:
"I've forced them into confessing that they're sad, grey, lost, forgotten, dead and damned forever."
(Dylan Thomas, letter to Bert Trick, July 1935)
"Art is the lie that enables us to realize the truth."
(Pablo Picasso)
"I just want to do God's will. And He's allowed me to go up to the mountain. And I've looked over, and I've seen the Promised Land."
(Dr. Martin Luther King)
"That which hath made them drunk hath made me bold."
(William Shakespeare, Macbeth)
"The convention in present-day linguistics is that a grammatical label should be based on a word of Romance origin--hence 'causative.' From this has arisen the misconception that cause is the protypical causative verb in English. It is not; make is. Cause is a causative verb but it has a more specialized meaning (implying direct causation) than make and it is much less common. Make differs from most other causative verbs, and from most other verbs that take to complement clauses, in that it omits the to in active clauses, although to must be included in the passive. (Compare The nurse made me swallow it with I was made to swallow it (by the nurse)."
(Francis Katamba, Morphology. Routledge, 2004)
Source : http://grammar.about.com/od/c/g/causativeverbterm.htm
Definition:
A verb--such as cause, allow, help, have, enable, keep, hold, let, force, require, and make--used to indicate that some person or thing helps to make something happen.
A causative verb, which can be in any tense, is followed by another verb form.
Examples and Observations:
"I've forced them into confessing that they're sad, grey, lost, forgotten, dead and damned forever."
(Dylan Thomas, letter to Bert Trick, July 1935)
"Art is the lie that enables us to realize the truth."
(Pablo Picasso)
"I just want to do God's will. And He's allowed me to go up to the mountain. And I've looked over, and I've seen the Promised Land."
(Dr. Martin Luther King)
"That which hath made them drunk hath made me bold."
(William Shakespeare, Macbeth)
"The convention in present-day linguistics is that a grammatical label should be based on a word of Romance origin--hence 'causative.' From this has arisen the misconception that cause is the protypical causative verb in English. It is not; make is. Cause is a causative verb but it has a more specialized meaning (implying direct causation) than make and it is much less common. Make differs from most other causative verbs, and from most other verbs that take to complement clauses, in that it omits the to in active clauses, although to must be included in the passive. (Compare The nurse made me swallow it with I was made to swallow it (by the nurse)."
(Francis Katamba, Morphology. Routledge, 2004)
Source : http://grammar.about.com/od/c/g/causativeverbterm.htm
Kamis, 14 Mei 2015
Laporan Audit Pemasaran
BAB I
INFORMASI LATAR BELAKANG
PT. ABC (selanjutnya disebut
“Perusahaan”) berlokasi di Jl. ARAH No. 22 Depok Jawa Barat,
didirikan tanggal 20 Juni 2009 dan terdaftar pada tanggal 21 Juli 2010 oleh para
pendiri yang terdiri dari :
1. Tn. I
2.
Tn. M
Visi
perusahaan adalah untuk menjadi franchise minuman kopi blended siap saji no. 1
di Indonesia dengan investasi yang terjangkau. Misi perusahaan adalah untuk
memberikan kepuasan kepada konsumen dengan berfokus pada produk, sistem dan
pelayanan yang berkualitas dengan budaya K-O-P-I, yakni Kreatif, Orientasi
kualitas, Produktif, dan Inovatif. Dengan motto yang dianut perusahaan yakni
“peluang bisnis yang low maintenance dan low investment, tapi high style dan
high profit”.
Susunan
organisasi Perusahaan adalah sebagai berikut :
Pemilik/Founder : Tn. I
Manager : Tn. R
Kabag Pemasaran : Tn. Im
Kabag Gudang : Tn. L
Kabag Produksi : Tn. Ih
Sedangkan
tujuan dilakukannya audit adalah untuk :
1. Menilai bagaimana
perusahaan melaksanakan setiap program/aktivitas pemasaran untuk mencapai
tujuannya melalui pengelolaan sumber daya yang ekonomis dan efisien.
2. Menilai bagaimana
kebijakan produk, kebijakan penetapan harga, kebijakan distribusi, serta
kebijakan promosi dan publikasi yang diterapkan perusahaan.
3. Memberikan
berbagai saran perbaikan atas kelemahan Fungsi Pemasaran yang ditemukan.
BAB II
KESIMPULAN AUDIT
Berdasarkan temuan (bukti) yang kami peroleh
selama audit yang kami lakukan, kami dapat menyimpulkan sebagai berikut:
- Kondisi
1)
Pemasaran perusahaan tidak
menyesuaikan tujuan dengan perubahan kondisi.
2)
Perusahaan tidak memiliki prosedur
perencanaan pasar secara tertulis.
3) Perusahaan tidak menggunakan
prediksi pasar yang komprehensif dalam menyusun rencana pemasarannya.
4)
Perusahaan tidak mengendalikan
aktivitas pemasarannya melalui analisis biaya, analisis pasar, dan audit
pemasaran.
5) Manajemen tidak mengetahui tentang
elastisitas permintaan harga, pengaruh kurva pengalaman, kebijakan penetapan
harga pesaing.
6)
Perusahaan tidak melakukan
evaluasi secara periodik terhadap anggota salurannya.
7)
Perusahaan tidak mengevaluasi
secara periodik metode pengiriman produknya.
8)
Anggaran promosi penjualan tidak
memadai.
9)
Perusahaan tidak memiliki tujuan
periklanan dengan tegas.
10)
Program periklanan tidak berjalan
secara efisien.
- Kriteria
1) Perusahaan harus beradaptasi dengan terjadinya perubahan kondisi
bisnis. Perusahaan dapat beradaptasi dengan perubahan kondisi apabila memiliki
prosedur perencanaan pasar secara tertulis. Dengan prosedur perencanaan pasar
menghasilkan rencana yang tepat sesuai dengan strategi pencapaian tujuan
perusahaan
2) Perusahaan juga harus menggunakan prediksi pasar yang komprehensif
dalam menyusun rencana pemasarannya, mengendalikan aktivitas pemasarannya melalui
analisis biaya, analisis pasar, dan audit pemasaran
3) Manajemen mengetahui tentang elastisitas
permintaan harga, pengaruh kurva pengalaman, kebijakan penetapan harga pesaing
untuk mengetahui bagaimana pengaruh informasi tersebut terhadap keputusan harga
produk.
4) Perusahaan secara periodic melakukan evaluasi
terhadap anggota salurannya, metode
pengiriman produknya sehingga hasil evaluasi ini digunakan sebagai umpan balik
dalam pengambilan keputusan distribusi dan metode pengiriman pada periode
berikutnya.
5) Anggaran promosi penjualan memadai sehingga
terjadi kesesuaiaan anggaran promosi dengan kebutuhan tujuan pemasaran. Perusahaan juga harus memiliki tujuan
periklanan yang dinyatakan dengan tegas agar program periklanan telah berjalan
secara efisien.
- Penyebab
1) Perusahaan hanya
melakukan review secara garis besar (umum) atas pengendalian manajemen. Belum
dilakukan upaya review secara komprehensif dan sistematik terhadap aktivitas
pemasaran perusahaan.untuk mencapai tujuannya melalui pengelolaan sumber daya
yang ekonomis dan efisien.
2) Perusahaan
menetapkan strategi pemasaran yang menawarkan bisnis minuman kopi blended
dengan harga terjangkau, unggul di kualitas dan cita rasa sesuai dengan
lingkungan pemasaran yang dihadapi dan perusahaan intensitas pesaingnya. Perusahaan
hanya bersaing di segmen pasar menengah kebawah hingga menengah.
3) Keterbatasan yang
secara internal dihadapi perusahaan adalah minimnya SDM yang dimiliki
perusahaan yang memiliki pengetahuan tentang bidang pemasaran atau berlatar
belakang pendidikan tinggi.
- Akibat
1) Perusahaan menjadi pilihan untuk
berbisnis franchisee minuman kopi blanded siap saji hanya untuk kalangan
menegah kebawah sampai menengah., tidak ada rencana kerja pasti yang menjadi
patokan. Sehingga pendapatan dari para mitra kerjanya tidak stabil setiap
bulan, hanya beberapa daerah pemasaran yang pembelian bahan bakunya tergolong
stabil, tidak ada patokan khusus atau analisis khusus yang dilakukan oleh
perusahaan dalam upaya mengendalikan aktivitas pemasarannya.
2) Tidak ada informasi yang akurat
yang dapat digunakan perusahaan untuk membuat keputusan harga produk.
3) Perusahaan hanya melihat dari
pembelian kembali produknya dan mengevaluasi metode
pengiriman apabila ada kendala yang dihadapi, tidak mengevaluasi secara periodik.
4) Tidak ada biaya tambahan untuk
promosi dan anggaran promosi belum
memadai, belum ada panduan periklanan yang dinyatakan
secara jelas, dan tidak berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan.
- Pejabat yang bertanggung jawab : Manager dan Kabag Pemasaran.
Daftar Ringkasan Temuan Audit
No.
|
Kondisi
|
Kriteria
|
Penyebab
|
Akibat
|
1.
|
Pemasaran
perusahaan tidak menyesuaikan tujuan dengan perubahan kondisi.
|
Perusahaan
beradaptasi dengan terjadinya perubahan kondisi bisnis.
|
Perusahaan
tetap dengan tujuan awalnya yakni menjadi franchise minuman kopi blanded no.
1 di Indonesia.
|
Perusahaan
menjadi pilihan untuk berbisnis franchisee minuman kopi blanded siap saji
hanya untuk kalangan menegah kebawah sampai menengah.
|
2.
|
Perusahaan
tidak memiliki prosedur perencanaan pasar secara tertulis.
|
Dengan
prosedur perencanaan pasar menghasilkan rencana yang tepat sesuai dengan
strategi pencapaian tujuan perusahaan.
|
Manajemen
hanya berpatokan pada bagaimana pasar berkembang, melihat bagaimana sikap
dari pesaingnya, dan menyesuaikan dengan selera konsumen yang dinamis.
|
Tidak ada
rencana kerja pasti yang menjadi patokan. Sehingga pendapatan dari para mitra
kerjanya tidak stabil setiap bulan.
|
3.
|
Perusahaan
tidak menggunakan prediksi pasar yang komprehensif dalam menyusun rencana
pemasarannya.
|
Prediksi
pasar dihasilkan dari metode yang tepat dan disusun berdasarkan informasi
prediksi pasar yang realistis.
|
Prediksi
pasar yang dilaksanakan oleh perusahaan hanya sebatas daerah mana yang bisa
dijadikan basis pemasarannya.
|
Hanya
beberapa daerah pemasaran yang pembelian bahan bakunya tergolong stabil.
|
4.
|
Perusahaan
tidak mengendalikan aktivitas pemasarannya melalui analisis biaya, analisis
pasar, dan audit pemasaran.
|
Perusahaan
melakukan salah satu audit pemasaran secara vertikal atau horizontal.
|
SDM yang dimiliki
perusahaan tidak mengetahui analisis biaya.
|
Tidak ada
patokan khusus atau analisis khusus yang dilakukan oleh perusahaan dalam
upaya mengendalikan aktivitas pemasarannya.
|
5.
|
Manajemen
tidak mengetahui tentang elastisitas permintaan harga, pengaruh kurva
pengalaman, kebijakan penetapan harga pesaing.
|
Elastisitas
permintaan harga, pengaruh kurva pengalaman, kebijakan penetapan harga
pesaing adalah informasi untuk membuat keputusan harga produk.
|
Manajemen
tidak mengetahui tentang elastisitas permintaan harga, pengaruh kurva
pengalaman, maupun kebijakan penetapan harga pesaing.
|
Tidak ada
informasi yang akurat yang dapat digunakan perusahaan untuk membuat keputusan
harga produk.
|
6.
|
Perusahaan
tidak melakukan evaluasi secara periodik terhadap anggota salurannya.
|
Hasil
evaluasi perusahaan yang secara periodik digunakan sebagai umpan balik dalam
pengambilan keputusan distribusi pada periode berikutnya.
|
Tidak ada
jadwal periodik untuk menilai franchiseenya karena tidak ada Supporting Fee
yang diberikan.
|
Perusahaan
hanya melihat dari pembelian kembali produknya.
|
7.
|
Perusahaan
tidak mengevaluasi secara periodik metode pengiriman produknya.
|
Hasil
evaluasi perusahaan yang secara periodik digunakan sebagai umpan balik dalam
pengambilan keputusan pengiriman pada periode berikutnya.
|
Tidak ada
jadwal periodik untuk menilai metode pengiriman yang digunakan.
|
Perusahaan
hanya mengevaluasi apabila ada kendala yang dihadapi.
|
8.
|
Anggaran
promosi penjualan tidak memadai.
|
Perusahaan
menyediakan anggaran untuk promosi, sehingga sesuai dengan kebutuhan tujuan
pemasaran.
|
Perusahaan
jarang mengikuti event-event khusus untuk mempromosikan produknya.
|
Tidak ada
biaya tambahan untuk promosi.
|
9.
|
Perusahaan
tidak memiliki tujuan periklanan dengan tegas.
|
Dengan
adanya tujuan periklanan yang dinyatakan dengan tegas dapat mendukung
pencapaian tujuan pemasaran perusahaan.
|
Perusahaan
lebih banyak melakukan promosi secara umum.
|
Belum ada
panduan periklanan yang dinyatakan secara jelas.
|
10.
|
Program
periklanan tidak berjalan secara efisien.
|
Beban
periklanan dengan kegiatan pemasaran yang seharusnya dijalankan secara
efisien.
|
Perusahaan
tidak memiliki anggaran promosi yang pasti.
|
Tidak
berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan.
|
BAB III
REKOMENDASI
Hasil audit yang dilakukan menemukan beberapa
kelemahan yang harus menjadi perhatian manajememn dimasa yang akan datang.
Kelemahan ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
- Kelemahan yang terjadi pada pengendalian manajemen yang dilakukan perusahaan.
- Kelemahan yang ditimbulkan akibat minimnya SDM yang dimiliki perusahaan yang memiliki pengetahuan tentang bidang pemasaran atau berlatar belakang pendidikan tinggi.
Atas keseluruhan
kelemahan yang terjadi, maka diberikan rekomendasi sebagai koreksi atau langkah
perbaikan yang bisa diambil manajemen untuk memperbaiki kelemahan tersebut.
Rekomendasi :
1. Struktur organisasi perusahaan yang sederhana
mempermudah manajemen untuk mangambil kebijakan dalam fungsi pemasarannya.
Namun disayangkan, kemudahan itu tidak didukung dengan prosedur perencanaan
pasar yang jelas tertulis. Manajemen hanya berpatokan pada bagaimana pasar
berkembang, melihat bagaimana sikap dari pesaingnya, dan menyesuaikan dengan
selera konsumen yang dinamis. Sebaiknya manajemen mulai membuat prosedur
perencanaan pasar yang tertulis sehingga perusahaan memiliki rencana kerja
pemasaran yang jelas selama satu periode.
2. Hal lainnya yang menjadi perhatian adalah latar
belakang pendidikan SDM yang bekerja di bagian pemasaran. Memang, salah satu
visi dari perusahaan adalah untuk membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya.
Tapi sebagai bahan pertimbangan perusahaan, mungkin dengan ditambahnya tenaga
kerja profesional yang menguasai ilmu pemasaran, bisa lebih mendukung
pencapaian tujuan pemasaran perusahaan.
3. Perusahaan perlu lebih banyak mengadakan aksi-aksi
sosial yang berhubungan dengan masyarakat. Karena selain berfungsi sebagai
tanggung jawab sosial perusahaan, tapi bisa juga sebagai sarana promosi brand
perusahaan. Perusahaan juga lebih baik bukan hanya menyebutkan saja kegiatan sosialnya,
tapi juga menceritakannya.
4. Perusahaan perlu melakukan penilaian frachisee-nya,
metode pengiriman, dan kinerja saluran distribusinya secara periodik. Hal ini
dimaksudkan agar perusahaan mempunyai informasi kinerja mengenai frachisee-nya,
metode pengiriman, dan kinerja saluran distribusi. Meskipun keputusan untuk
melakukan pembelian kembali bukan berada di perusahaan, tapi dengan adanya
informasi tersebut akan mempermudah manajemen dalam membuat keputusan mengenai
rekan kerjanya.
BAB IV
RUANG LINGKUP AUDIT
Sesuai
dengan penugasan yang kami terima, audit yang kami lakukan hanya meliputi
masalah Fungsi Pemasaran PT. ABC.
Audit kami mencakup penilaian atas kebijakan produk,
kebijakan penetapan harga, kebijakan distribusi, serta kebijakan promosi dan
publikasi yang diterapkan perusahaan.
Langganan:
Postingan (Atom)